aku pikir hari ini hingga lusa adalah hari kami bertiga
untuk tetap bersama. Aku, Miya dan Lisa. Tapi ternyata tidak. Hari ini Lisa
meninggal, aku dan Miya tentu saja tidak percaya. Padahal kami telah berjanji
agar menjadi teman selamanya. Meninggalnya sahabatku, Lisa , merupaka kejadian yang
sangat tiba-tiba. Kata orangtuanya Lisa tertusuk oleh orang yang bilang ke
polisi “aku ingin menusuk orang siapapun itu gyahahahaha” tentu saja pernyataan
orang ini membuat aku, Miya dan orangtua
Lisa shock. Dan pada akhirnya orang ini masuk penjara.
Seminggu kemudian…
“soal
berikutnya bagaimana kalau Miya , ayo Miya kerjakan di papan tulis” kata bu
guru. Tidak ada respon samasekali dari Miya. Aku heran. Biasanya dia akan
langsung mengerjakan apa yang guru katakan kepadanya.
“Mi..
kerjain tuh, bu guru sudah menyuruhmu tadi” kataku mengingatkan. Aku kaget.
Miya samasekali tidak merenspon apa yang aku omongkan lebih tepatnya aku
diabaikan. Kulihat matanya, begitu tidak ada cahaya untuk hidup. Rasanya gelap.
“baiklah
kalau Miya tidak bisa mengerjakan kalau
gitu kamu saja Ayumi” kata bu guru.
“baik
bu” jawabku sambil maju kedepan
~(>_<~)(~>_<)~
Bel
istirahat berbunyi. Dengan segera aku menanyakan kepada Miya ada apa yang
terjadi tadi. Ku dekati mejanya lalu kulihat wajahnya. Masih tetap seperti
tadi. Dingin dan terasa aura gelap
“miya
tadi kamu kenapa? Kok ga kaya biasanya sih?” tanyaku perlahan. Tiba-tiba dia
mengebrak meja dan meninggalkan ku begitu saja. Ada apa ini? Apa aku berbuat
salah? Aku benar-benar binggung dengan kelakuan Miya yang tidak biasanya itu.
“apa
kalian bertengkar ?”Tanya Sisca teman sekelasku.
“tidak
juga sebenernya haha” kata ku santai tapi sebenarnya aku khawatir dengan
keadaan Miya.
“benarkah?
Baiklah kalo gitu, hey kalo katamu kali ini club volunteer akan membuat patung
seperti apa yaa? Mungkin binatang seperti tahun kemarin bagaimana menurutmu?”
Tanya Sisca.
“kalo
kata aku sih sepertinya mereka membuat patung manusia deh eh tunggu dulu kenapa
bunga-bunga di depan jendela rusak?apa semalam ada anjing liar yang
mengacak-acak kebunnya yah?” tanyaku heran.
“eh itu
kata orang-orang Miya yang melakukannya. Tapi aku tidaktau juga”jawab Sisca.
Aku kaget. Kenapa Miya melakukannya?
“hah?
Masa sih? Aku tidak percaya itu” kataku sambil tetap shock
“iya
awalnya aku juga tdak mempercayainya tapi aku juga tidak tau juga itu benar apa
engga. Menurutmu apa Miya sekarang sedikit aneh ?Seperti bukan Miya yang
biasanya” kata Sisca cemas.
“masa
sih ? aku… aku akan menanyakannya pada Miya sekarang” kataku pergi meninggalkan
Sisca.
“aah
tunggu Ayumi” kata Sisca. Aku tidak memperdulikan perkataan Ayumi. Aku berlari
kesana-kemari mencari Miya. Aku benar-benar cemas. Tapi anehnya aku tidak
menemukannya dimanapun! Ada apa ini? Sebenarnya dia kemana sih? Lalu aku
berlari lagi kearah lapangan. Disana aku menemukannya. Sendirian sedang menatap
langit dengan pandangan kosong. Serasa hidup itu sudah berakhir. Lalu aku duduk
disampingnya.
“Miya
kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini kenapa kamu berubah?” tanyaku. Sebenarnya aku
ingin saja menanyakan tentang kebun di dekat jendela, mengapa dia sampai
menghancurkannya. Dia hanya diam. Tidak menjawab pertanyaanku maupun melihatku.
“Miyaaa
denger ga sih? Kamu kenapa ? kenapa berubah ?”kataku agak berteriak. Tiva-tiba
Miya berdiri dan meninggalkanku begitu saja.
(__IIIII)……………….
Keesokkan harinya. Saat aku melihat koran, tak sengaja aku
menemukan artikel dengan foto orang yang membunuh Lisa. Otomatis aku langsung
melihat artikel itu. Betapa kagetnya aku ternyata pembunuh yang membunuh Lisa
kabur dari penjara. Itu artinya mungkin saja pembunuh itu sedang berkeliaran
dan mau membunuh lagi. Ini gawat.
“Ayumiiii
.. mau sampai kapan kamu terus membaca koran? Nanti telat sekolah loooh ayo
cepat berangkat nak” kata Mama lembut
“ah iya
ma” kataku sambil membenarkan tali sepatu. “aku berangkat yaaaa dadaaah mama”
kata ku sambil berlari. Di jalan aku berfikir tentang keanehan Miya. Bukan keanehan,
lebih tepatnya perubahan. Apakah karena kematian Lisa, Miya jadi berubah ?
memang sampai sekarang aku masih shock dan tidak memaafkan pembunuh itu, tapi
aku mencoba untuk mengikhlaskan kematian Lisa walaupun itu berat. Aku akan
mencoba bertanya kepadanya sekali lagi mengapa dia berubah.
Saat sampai
di sekolah dan hendak mencari Miya, Sisca memanggilku dengan panik.
“Ayumi
kali ini kamu harus lihat, kelakuan Miya dengan anak-anak grup nakal itu.
kumohon.. ikutlah denganku sekarang” kata Sisca panic seraya memegang lenganku
agar cepat bergegas pergi.
“APA ? Miya
dengan grup anak nakal itu? tapi apa yang meraka lakukan? Apa mereka akan membullying orang lagi ?”
kata ku ikutan panik sambil pergi berlari mengikuti Sisca.
“aku
tidak tau tapi sepertinya iya, ayo cepat kita harus menyadarkan Miya dan
membantu anak yang di bullying.
“iya
ayo cepat”kataku lagi..
m(O_O )m( O_O)m
“hiks
.. kumohoin hentikan ja-jangan siksa aku lagi”pinta anak itu
“salah
sendiri, kamu mengotori pakaian Rachael.
Sudah sepantasnya kamu itu mendapatkan itu tau”kata salah satu dari anak grup
anak nakal
“iya
hahaha itu benar nah rasakan ini kyahahaha” kata Rachael, ketua grup anak
nakal, sambil menumpahkan isi ember yang berisi air lumpur.
“kyaaaa
aku mohooon, hentikan jangan aaaah”kata anak itu lagi dengan pasrah.
“hahahahahahahahahaha
yang salah memang harus dihukum”kata grup anak nakal sambil tertawa dan
menyirami dengan air lumpur.
Aku hanya
diam menyaksikan kejadian itu. tidak heran grup anak nakal itu melakukannya. Sebenarnya
aku ingin sekali membantu anak itu tapi apa daya. Jika aku yang membantunya
berikutnya mereka akan menyiksaku. Aku sangat tidak mau. Sebab dulu aku juga pernah di bullying
oleh mereka dan itu sangat menyiksa.
“kasian
sekali si Miko itu, bayangkan hanya gara-gara dia tidak sengaja menyenggol dan
membuat kotor sedikit saja baju Rachael , grup mereka langsung membullying
Miko. Sungguh kejam”kata Sisca sambil berbisik-bisik. Aku hanya diam menanggapi
apa yang dikatakan Sisca padaku . perhatianku tertuju pada Miya. Miya rupanya
telah ikut grup anak nakal itu. hatiku rasanya kecewa. Lalu kulihat lagi
ternyata grup itu sudah mau bubar meninggalkan Miko yang sedang menangis kedinginan.
Tiba-tiba Miya berbalik badan dan mengatakan sesuatu.
“Miko,
kau itu dari club volunteer kan? Bagaimana kalau nanti kau bereskan yang ‘disitu`,
jika tidak kau tau kan apa yang terjadi hahaha” kata Miya sambil pergi meninggalkan
Miko dengan tertawa. Lalu dia berjalan kearahku. Aku diam karena aku kesal
kepadanya. Miya juga memandangku dengan tatapan kosong dan dia berjalan
melewatiku dengan diam tanpa menyapa atau sebagainya. Sebenarnya aku ingin
sekali bertanya kepada Miya kenapa dia berubah sekali lagi. Tapi kupikir sekarang bukan waktu yang
tepat
bersambung lagi karena pengarangnya males nulis lagi haha :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih udah memberi komentar tolong supaya komentarnya sopan yaa biar ga dispam makasih banget sebelumnya :D